Kupang, LikuraiOnline.id- Penjabat Wali Kota Kupang, Linus Lusi, S.Pd., M.Pd., menghadiri acara peluncuran Bantuan Pangan Pengentasan Rawan Stunting Tahun 2024 bagi 83 Keluarga Rawan Stunting (KRS) di Kelurahan Naikolan, Kecamatan Maulafa, pada Kamis (12/09).
Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama antara ID Food, Badan Pangan Nasional (BPN), BKKBN, dan Pos iND Logistik Indonesia.
Acara yang berlangsung di halaman Kantor Lurah Naikolan ini dibuka oleh Penjabat Gubernur Provinsi NTT, Dr. Andriko Noto Susanto, S.P, M.P.
Turut hadir dalam acara tersebut Deputi EVP Regional V Jawa Timur, Bali, Nusra, Direksi ID Food, Direksi PT Pos iND, sejumlah pimpinan perangkat daerah Provinsi NTT dan Kota Kupang, perwakilan NGO, Camat Maulafa, para lurah se-Kecamatan Maulafa, masyarakat penerima manfaat, serta insan pers.
Dalam sambutannya, Pj. Wali Kota Kupang, Linus Lusi, menyampaikan bahwa Kecamatan Maulafa adalah salah satu kecamatan dengan jumlah penduduk yang besar dan menyumbang angka stunting yang cukup tinggi.
"Bantuan yang disalurkan hari ini adalah bagian dari program nasional yang selama ini telah dikomunikasikan dengan baik," ujar Linus.
Berdasarkan hasil Rakornas penurunan stunting baru-baru ini, Kota Kupang menempati urutan kelima terendah persentase stunting dibandingkan daerah lain setelah Kabupaten Ngada yang berada di urutan pertama.
Linus juga menyampaikan terima kasih atas kerja keras dan kolaborasi dari berbagai pihak terkait yang telah berupaya menurunkan angka stunting.
"Mudah-mudahan Bapak Penjabat Gubernur bisa melihat Kota Kupang sebagai ikon dalam penurunan stunting, kemiskinan ekstrem, dan pengendalian inflasi," tambah Linus.
Terkait dengan pengendalian inflasi, Linus menyebutkan bahwa situasi di Kota Kupang masih terkendali dengan baik.
Mengenai kelangkaan minyak yang terjadi beberapa hari terakhir, Pemkot Kupang telah melakukan koordinasi dan penertiban di tingkat pengecer agar pasokan kembali normal dalam waktu dekat.
Pj. Gubernur NTT, Dr. Andriko Noto Susanto, dalam sambutannya, menyatakan bahwa persentase stunting di NTT adalah yang tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 37,9%.
Beberapa kabupaten bahkan memiliki persentase stunting lebih dari 50%, yang berarti satu dari dua anak di daerah tersebut mengalami stunting.
Stunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis yang berlangsung lama sehingga mengganggu pertumbuhan fisik dan mental anak-anak.
“Ini tidak bisa dianggap biasa karena negara memandang stunting sebagai ancaman serius.
Jika tidak segera ditangani, stunting bisa dikategorikan sebagai bencana non-alam karena ancamannya terhadap generasi mendatang sangat besar,” tegas Andriko.
Ia berharap Kota Kupang dapat menjadi model dalam upaya penurunan stunting melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, dunia usaha, akademisi, komunitas, dan media.
Sementara itu, Deputi Executive General Manager (EGM) PT Pos Indonesia KCU Kupang, Nanang Mintah, dalam laporannya menyebutkan bahwa jumlah penerima bantuan pangan stunting di Kota Kupang mencapai 3.275 KRS, dan penyaluran bantuan hari ini dilakukan di 9 titik se-Kecamatan Maulafa.
"Kami berharap kegiatan serupa dapat segera dilanjutkan di kabupaten-kabupaten lain di NTT," ujarnya.
Acara peluncuran Bantuan Pangan Pengentasan Rawan Stunting Tahun 2024 ini ditutup dengan penyerahan paket bantuan pangan secara simbolis kepada lima penerima manfaat, yaitu Sepriani Bote, Margarita Farlaka, Debora, Marni Bay, dan Yunus Taseseb.
(Jems Lutu Edo & Econ Saudale/Yuser)