Pantai Mulut Seribu "Surga kecil yang tersembunyi" - Baomong.ID

Pantai Mulut Seribu

Pantai Mulut Seribu "Surga kecil yang tersembunyi"

Sejahteralah kita dalam melaksanakan aktivitas kita sehari-hari. Sapaan ini memberikan kita semangat untuk menjalani kehidupan kita, bahwa alam yang diciptakan Tuhan begitu indah dan eksotis wajib kita nikmati dan jaga dengan sebaik-baiknya.

Pagi – pagi buta, kicauan burung yang merdu dan kokok ayam yang redup karena tersapu bersih oleh virus yang mematikan entah apa namanya, kami diingatkan untuk mengikuti acara akbar “ Festival Mulut Seribu “ yang jauh – jauh hari sudah di undang atau bahkan di minta oleh Bupati Rote Ndao sendiri lewat undangan resmi untuk meramaikan acara tersebut dengan turut serta berpartisipasi didalamnya. Setiap desa wajib mengirimkan 25 orang untuk mengikuti seremonial dan berpartisipasi didalam acara “Tari Kebelai dan Bahorok atau Pukul kaki secara adat.

Acara ini sudah dipersiapkan dengan baik, tim teknis yang bertugas pun bahu-membahu untuk ikut andil didalamnya. Panitia pelaksana yang terorganisir dengan baik mempersiapkan segala sesuatu dengan baik, bahkan Bupati Rote Ndao sendiri, Ibu Paulina Haning Bulu, SE menginap di tempat tersebut satu minggu sebelum acara puncak dimulai dan memimpin langsung acara pembersihan tempat tersebut.

Lokonamon kurang lebih nama tempat itu yang ditujuh seantero masyarakat Rote Ndao yang matanya ingin dimanja oleh eksotisnya pantai mulut seribu yang didalam ada sekitar 30 gugusan pulau yang ikut menyumbang kesempurnaan pantai tersebut. Dari beragam etnis dan budaya, berbagai latar belakang status social dan bahkan mereka yang di undang langsung oleh panitia dari berbagai kabupaten kota di provinsi ini dan juga ada turism dari manca negara juga turut berpartisipasi didalam acara tersebut.

Fajar pagi sepertinya terlambat menyingsing, karena hasrat untuk mengikuti acara terebut terus – menerus terngiang-ngiang di telinga kami peserta. Jam tangan seolah- olah menjadi tontonan menarik sekali – sekali melirik untuk memastikan waktu untuk berangkat menujuh tempat tersebut, itulah gambaran hasrat manusia yang tergoda dengan eksotiknya alam dan pantai mulut seribu, bahwa kami tidak ingin mendengarnya dari tuturan beribu-ribu orang dari pelosok dunia, kami ingin melihatnya secara langsung.

Karena tergesa-gesa ada yang pagi-pagi buta sudah berangkat menujuh tempat tersebut, sehingga belum waktunya acara resmi seremonial sudah ada yang pingsang karena lupa menyiapkan serapan pagi, itulah eksotiknya pantai mulut seribu yang membuat sebagian jiwa kita melayang terbang jauh dari titian kemanusiaan.

Acara yang diutamakan

Laporan ketua panitia mengawali beragam kegiatan yang akan dilaksanakan dalam “Festival Mulut Seribu“, semua orang antusias mendengar laporan kepanitian, banyak pihak yang bahu-membahu membantu untuk menyukseskan kegiatan ini.

Kegiatan ini direncanakan berlangsung selama tiga hari dan tentu menguras energy, banyak menguras sumber daya ekonomi dan pengorbanan yang signifikan. Keletihan sudah pasti, tapi hasil yang di dapatnyapun sangat luar biasa dan memenuhi harapan semua peserta.

Ucapan terima kasih yang tak henti-hentinya diberikan kepada semua pihak yang telah membantu untuk menyukseskan acara tersebut, semuanya kiranya Tuhan yang membalas kebaikan dari Bapak/Ibu, Saudara/I sekalian.

Acara pembukaan dimulai dengan pentas seni yang menceritakan tentang pengembaraan dan liku-liku hidup Batu Termanu. Sepasang suami/istri memulai pengembaraannya dari Pulau Ndao mencari ketenangan dan kemakmuran hidup, hingga persinggahan terakhir mereka di Termanu dan menetap disana untuk selamanya.

Lain lagi dengan sambutan Ibu Bupati Rote Ndao, Beliau menceritakan tentang asal-usul nama Pantai Mulut Seribu. Konon namanya Dale, karena ada dibagian yang paling dalam dan menjadi tempat persembunyian masyarakat dari Penjajah Belanda. Nama Pantai Mulut Seribu diberi nama oleh seorang Belanda, yaitu Dae Lak Apu karena ketika beliau masuk kedalam gugusan pulau mulut seribu untuk menyelidiki dan memeriksa masyarakat pada waktu itu beliau susah keluar karena mempunyai banyak pintu, nama tersebut dipakai hingga hari ini. Sambutan Bupati Rote Ndao, Ibu Paulina Haning, SE ditutup dengan permintaannya kepada Gubernur Nusa Tenggara Timur untuk memperhatikan kebutuhan air bersih di Desa Tenalai yang merupakan salah satu pulau yang ada di mulut seribu yang jumlah penduduknya lima ratus lebih jiwa. Harapan dari Ibu Bupati agar masyarakat bisa menjaga kebersihan dari Destinasi Wisata di Kabupaten Rote Ndao, karena sector pariwisata merupakan pendongkrak ekonomi masyarakat. Semoga kedepan dilakukan lagi kegiatan Festival Laut Mati dan juga Festival Surfing yang merupakan asset pariwisata di Kabupaten Rote Ndao yang tidak kalah menarik dari tempat pariwisata yang lain.

Hasrat hadirin digelorakan oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat, SH, MH. Beliau menyapa hadirin dengan beragam sapaan dari berbagai agama yang ada di Indonesia dengan gayanya yang khas. Dalam sambutannya untuk membuka kegiatan tersebut, Beliau mengatakan agar setiap pentas seni dibuat narasinya yang kuat, istilah Pak Gubernur buat orang harus “Manoso”. Untuk membuat sesuatu yang menarik harus disertai dengan gesture yang menyakinkan. Keamanan harus diperhatikan agar membuat para wisatawan mau berdatangan ke tempat tersebut, harus ada kerjasama yang baik dan komprehensif dari berbagai macam sector dalam membangun parawisata di Rote Ndao.

Sudah ada kerjasama pemerintah setempat dengan pemerintah Kabupaten Banten untuk mengasah keterampilan anak – anak dalam berbahasa inggris, sehingga kedepan ketika mereka kembali ke daerah asal mereka bisa menceritakan narasi yang ada dalam bahasa inggris agar para wisatawan dari mancanegara bisa mengerti dan memahami satiap seni yang nantinya dipentaskan.

Tempat ini sangat indah dan eksotik, karena itu ketika seseorang masuk ditempat ini, walaupun mempunyai banyak utang ia akan melupakan semua utangnya karena terbius oleh keindahan dari pantai ini. Laksana seorang gadis cantik dan molek membuat mata terpana dan mendalami sedalam-dalamnya. Kira-kira begitu kelakar Pak Gubernur sebelum membuka acara tersebut dengan menyanggupi untuk memberikan bantuan mesin penyulingan air bersih. Air bersihnya masyarkat yang dapat dan garamnya saya yang dapat dan juga bantuan sepeda air kepada masyarakat setempat.

Pesan dari Pak Gubernur, agar setiap pengusaha yang mau berinvestasi di Kabupaten Rote Ndao wajib hukumnya agar memiliki vila sebagai sumbangsihnya terhadap sector pariwisata di Kabupaten Rote Ndao. Bagi pengusaha yang tidak memiliki vila, maka proposal permohonannya langsung dicoret walaupun dari segi teknis persiapannya baik dan juga isi proposalnya menarik. Ini demi mengembangkan sector pariwisata di Kabupaten Rote Ndao, tidak ada tawar-menawar.

Kebalai massal merupakan acara yang dinantikan oleh setiap peserta karena penuh heroik, ceritanya indah, penuh makna dan mengisahkan Peradaban Masyarakat Rote Ndao. Semua orang antusias untuk mengikutinya dan para pejabatpun berramai-ramai turun gunung untuk berpartisipasi didalamnya.

Perahu hias menambah kemolekan dari acara tersebut, sehingga membuat mata para peserta dimanja dengan eksotiknya keindahan pulau tersebut dengan cara berlayar melihat pemandangan pulau tersebut dari laut.

Sector pariwisata tentu memberikan angin segar bagi masyarakat lokal atau penduduk setempat. Berbagai upaya pembenahan secara terus-menerus dilakukan agar Pantai Mulut Seribu yang eksotik dan elok harus juga didukung dengan kebersihan lingkungan, kepastian keamanan bagi para pengunjung dan keterampilan masyarakat local dalam berbahasa inggris. Semua ini membutuhkan waktu dan proses. Sudah saatnya kita harus berbenah diri menujuh peradaban manusia yang komprehensif dan berbudi luhur.

Semoga.


Penulis: Arif R. Suek/Alumni Sosiologi Undana dan BPC GMKI Kupang